Naya berjalan menyusuri koridor sekolah, masih
sepi seperti biasanya. Naya adalah ketua kelas, dia selalu datang lebih cepat
dari teman-temanya. Naya sampai dikelas, duduk dikursinya, tepat disamping
jendela. Ia melihat keluar jendela, tersenyum. Ia mempunyai alasan khusus
memilih tempat itu. Dari bangkunya ia dapat melihat langit timur dipagi hari.
Ya, Naya sangat suka langit timur dipagi hari, menurut Naya langit timur dipagi
hari itu sangat indah, dan juga mengingatkanya pada seseorang. Seseorang yang
sama indahnya dengan langit timur dipagi hari.
Naya mengeluarkan alat pemutar musiknya, dan
mengeluarkan buku beserta alat tulisnya. Naya melakukan aktifitasnya setiap
kali ia sampai dikelas yang sudah menjadi kebiasaan, merangkum apa yang ia
pelajari semalam untuk pelajaran hari ini.
Naya terlalu fokus dengan bukunya
sampai-sampai ia tidak menyadari ada seseorang yang sengaja memperlambat
langkahnya ketika ia melewati kelas Naya. Hanya untuk melihat, hanya melihatnya
sudah lebih dari cukup.
Rai.
Namanya Rai.
─
Naya terlalu fokus dengan bukunya sampai ia
tidak menyadari ada yang datang. Ia terkejut saat seseorang menaruh sekotak
susu dimejanya.
Ia melepaskan earphonenya dan tersenyum menemukan siapa yang
memberikanya sekotak susu tersebut.
“Makasih” naya berterimakasih.
Sipemberi kotak
susu tidak menjawab.
Naya menyobek kotak susu tersebut dan meminumnya.
“Angin apa yang ngebuka pikiran lo sampe
ngebuat lo dateng sepagi ini?” Naya menyindir.
Ken mendesis. Ken, sahabatnya
dari sejak kecil.
Terkenal dikalangan murid perempuan sekolah ini dengan
predikat The Cold Prince.
Pendiam,
cuek, pemalas, Ken selalu mengerjakan tugas dekat dengan dead-line namun
selalu berhasil meraih 10 besar dikelas.
“Kemarin kayaknya ada yang dikasih coklat tuh
sama dedek gemes” canda Naya.
“Apaansih nay...”
“Hahaha diterima gak cokelatnya?”
“Enggak”
“Ih, lo besok-besok kalo dapet cokelat terima
ajalah, terus buat gue!”
“lo kalo mau cokelat nanti gue beliin”
“bener ya??”
“menurut lo??”
“Ah, ga percaya lah gue sama lo”
“Nah, yaudah”
Naya dan Ken tertawa. Tawa mereka terhenti
saat seseorang mengetuk pintu kelas.
Rai.
Naya hampir lupa bernafas, sangking terkejutnya.
Mata Rai yang teduh melihat tepat ke mata Naya.
Mata itu, mata yang selalu Naya hindari, namun selalu Naya cari.
“Naya, dipanggil sama Pak Yas dikantor” kata
Rai.
6 kata namun berhasil membuat kupu-kupu diperut Naya bertebangan.
“Oh, iya. Makasih” Rai mengangguk lalu pergi.
Setelah Rai hilang
dari pandangan baru Naya bisa bernafas normal.
“Pagi-pagi udah dapet rejeki aja, Alhamdulillah”
ucap Naya menggeleng-gelengkan kepala sambil beranjak menuju kantor dari
kursinya.
Ken tertawa kecil.
Ken menelungkupkan palanya ke meja.
Tatapan mata
Naya saat Rai datang tadi terputar dibenaknya.
Ntah mengapa, tatapan mata Naya
itu membuat Ken kesal.
Ken hanya bisa menggerutu dalam hati.
Hari semakin siang, dan anak-anak mulai
berdatangan.
Vanni terkejut saat melihat Ken sudah berada dibangkunya.
“Widih Ken??? Kesambet apaan udah dateng jam
segini??”
“Gatau, gue juga nyesel kenapa dateng pagi”
─
Ken tahu, sahabat kesayanganya itu menyimpan
rasa kepada Rai.
Sudah lama Ken tahu, jauh sebelum Naya memberitahunya sendiri.
Bagaimana Ken tidak tahu, ia selalu memperhatikan Naya.
Tanpa Naya memberi
tahu sesuatu Ken sudah tahu.
Bel berbunyi, waktunya Istirahat.
“Lo tau gak sih tadi????” tiba-tiba Naya
membalikan tubuhnya
“Apa?” Ken tahu, Naya pasti ingin bercerita
tentang....
“Tadi pas diruang guru.... Masya Allah ntar
dulu ya orangnya liwat”
Benar dugaan Ken,
Rai.
Dan lagi, mata Rai dan Naya bertemu.
Waktu
terasa berjalan begitu lambat ketika mata mereka bertemu.
“Ya Allah, jika ia jodohku maka pertemukanlah”
Ucap Naya.
“Nay, nay... mau sampai kapan lo ngeliatin
mulu? Nanti diambil orang aja” Ucap Vanni.
“Kalo kata Afgan itu Jodoh Pasti Bertemu van”
bela Naya.
“Ah Afgan mulu lo mah bosen, coba dong take
first action duluan!” Vanni gemas dengan Naya, Vanni sudah menawarkan bantuan
kepadanya agar bisa lebih kenal dengan Rai, namun ditolaknya.
“Sekata-kata, dikira gampang” Naya kesal.
“Ya lagian lo minder duluan, belom juga nyoba”
“Males lah van, bakal percuma juga kayaknya.
Siapalah gue ini? Hanya sebutir pasir dipantai. Sudahlah kalo kata Tulus,
Mengaggumimu Dari Jauh. Terus kalo kata Afgan Jodoh Pasti Bertemu”
“Gak ada yang lain apa alesanya, bosen nay”
Naya mengeluarkan handphone nya dan
“Ada kok, nih ya gue ambil dari kisahnya Ali
dan Fatimah, ‘Dan akhirnya dua tali
kekaguman yang tak tersampaikan antara Ali dan Fatimah itupun mampu terlilitkan
dengan kuat dan rapi. Siapa yang mengikatnya? Bukan orang tuamu, bukan
sahabatmu dan memang bukan manusia yang melilitkanya. Tetapi Allah lah yang
melilitkan ikatan cinta suci itu. Inilah kisah kesabaran dan ketegaran Ali,
kawan. Kisah ini terus menjadi inspirasi untuk setiap insan beriman yang ingin
menjaga hatinya. Betapapun kamu kagum kepada seseorang, Allah pasti tau itu. Maka
izinkanlah hatimu untuk menjaganya, kawan’ begitu katanya”
“Iya kalo Rai juga suka sama lo nay” Canda
Vanni.
Ken tertawa dan mengacak-acak kepala Naya dan pergi keluar kelas.
Kisah yang diceritakan
Naya tadi membuat Ken tersenyum mengerti.
'Betapapun kamu kagum kepada seseorang, Allah pasti tau itu.
Maka izinkanlah hatimu untuk menjaganya, kawan’.
Mulai saat itu, Ken bertekad untuk menjaga
perasaanya.
Seperti yang Naya sering katakana ‘Kalo kata Afgan Jodoh Pasti Bertemu’.
─
Hari pun silih
berganti, namun perasaan Naya tidak berganti.
Begitu pula Ken.
Kegaguman Naya
pun semakin menjadi.
Sampai-sampai Rai pun tahu bahwa Naya mengaguminya.
Namun
Rai tidak berbuat apa-apa.
Naya pun juga tidak melakukan apa-apa, Naya tetap
menjaga perasaanya itu. Karena Naya fikir itulah yang terbaik.
Namun, semakin
sering Naya dan Rai saling pandang, seperti mereka menyampaikan sesuatu kesatu
sama lain.
Saat perpisahan
sekolah. Naya dan Ken berdiri bersebelahan.
Naya tertangkap basah sedang
memandangi Rai yang berada di beberapa
baris didepan mereka.
“Nay, udah mau lulus nih” Ken menyenggol
lengan Naya yang telipat didadanya.
"Terus kenapa?” Tanya
Naya.
“Yang itu gimana?”
tunjuk Ken.
“Yaudahlah Ken, Jodoh
Pasti Bertemu kok” ucap Naya sambil
memandangi postur samping Rai.
Rai tak sengaja melihat Naya.
Mata mereka bertemu.
Rai tersenyum,
Naya tersenyum mengangguk.
Dan lagi, waktu serasa diperlambat ketika Rai
tersenyum.
Iya, Jodoh Pasti Bertemu kok
Nay.
No comments:
Post a Comment